mereka keluarga kecil yang bahagia. alan, melissa dan dua anak mereka yang masih kecil. danny baru duduk di kelas 4 SD, sedangkan anna di teka nol besar. mereka berdua sama-sama lucu. danny tampan seperti ayahnya dan anna cantik seperti ibunya.
aku lana, tetangga mereka.
aku pindah ke kota ini sejak masih duduk di kelas 1 SMU. sejak saat itu, tidak ada lagi teman masa kecil yang kuketahui keberadannya. tak seorangpun. aku terasing dari dunia masa lalu dan sibuk beradaptasi dengan dunia masa kini. hingga aku bertemu ryan. lebih tepatnya, dipertemukan. ryan adalah anak dari kerabat orangtua ku. ryan sangat pintar, jenius dan ambisius. sangat ambisius, bahkan terlalu ambisius.
aku tak pernah menyalahkan seseorang karena ia ambisius. bagiku ambisi adalah semangat. ibarat bara yang masih menyala ketika kayu mulai habis terbakar. seperti bensin yang menyebabkan kendaraan bisa terus berjalan dan mengantar seseorang kemanapun dia ingin pergi. juga seperti gas yang menyebabkan kompor bisa menyala dan mengeluarkan api. hingga aku masih bisa membuatkan secangkir kopi setelah membelinya dari mini market di ujung jalan untuk ryan. kopi hitam dengan sedikit gula untuk menemaninya begadang hampir setiap malam. untuk membuatnya tetap terjaga. sehingga ia bisa menyelesaikan tugas-tugas dan berbagai pekerjaan yang belum selesai siang tadi. berkali-kali ku tawarkan bantuan untuknya. namun dia selalu menolak. "cukup dengan kopi" ucapnya manis. demikian saja, aku sudah mengerti. aku paham perasaan itu.
ryan adalah arsitek muda yang hebat. lulus dengan predikat cum laude dari universitas negeri ternama di Indonesia dan sedang menyelesaikan tesis S2 untuk mendapatkan gelar master di bidang desain interior. satu hal yang membuatku tak menolak ketika orangtuaku mengenalkan kami adalah kepintarannya. bagiku, pintar itu seksi. aku suka melihat seorang yang mengerenyitkan kening saat ia mencoba mengerjakan soal fisika, matematika, kimia dan sejenisnya. aku suka saat seseorang tersenyum ketika ia merasa menemukan cara yang mungkin bisa berhasil untuk memecahkan soal itu. aku suka mendengar suara decak yang keluar saat cara yang dipikirnya akan berhasil, ternyata gagal. aku suka saat seseorang berusaha untuk lebih konsentrasi, karena baru saja gagal. dan aku sangat suka teriakan "yes!!", "yea!!", "yeaahhh..." saat soal tersebut berhasil terpecahkan. aku sangat suka itu semua.
ryan sangat sering begitu. walaupun waktu yang dia luangkan untukku hanya sedikit, aku tak keberatan. hanya melihat dia bekerja saja, aku sudah senang. membuatkan secangkir kopi hitam panas untuknya, melihat dia meminum kopi tersebut seteguk demi seteguk karena masih panas. hmpfh.. aku rindu ryan. ryan yang penuh semangat dan ambisi. ambisi untuk mengejar cita-cita, ambisi untuk bisa mengetahui segala, ambisi untuk menaklukan dunia. aku tak pernah menyangka, kalau hanya ambisi itulah yang mampu mengistirahatkannya. menenangkannya. menidurkannya. menghentikannya dari kesibukan dunia.
ya. ryan telah meninggalkan bumi ini. dia sudah beristirahat di alam disana. tak ada lagi soal-soal fisika, kimia dan matematika rumit yang berusaha ia kerjakan. tak ada lagi kopi hitam panas yang ia teguk sedikit demi sedikit, hampir setiap malam. meja kerjanya kini rapi. tak ada lagi kertas-kertas berserakan. padahal, belum genap 3 tahun sejak kami memulai kehidupan baru bersama. dan belum genap 2 tahun sejak aku melahirkan emma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar