20 Mei 2010

Memori 7 Tahun yang Lalu

tinggi..
putih..
bahu lebar..
mata sipit..
senyum tipis..
memandang dari kejauhan..

ia tak dapatkan apa-apa..
hanya ada punggung yang bergerak menjauh..
jauh..
jauh..
dan semakin jauh..
hingga ia harus memaksa diri, agar mau menerima kenyataan bahwa pada akhirnya punggung tersebut akan segera menghilang..
dan mungkin,,
untuk selamanya..

sebenarnya, punggung itu tak mau langsung pergi..
sebenarnya, punggung itu ingin tinggal lebih lama lagi..
tapi ia tak bisa memilih..
ia tak punya pilihan..

sebenarnya, punggung itu pun bimbang..
punggung itu pun tak yakin akan bisa bertemu lagi..
tak yakin akan bisa melihat sinar kebahagian yang terpancar dari mata itu lagi..
tak yakin akan bisa melihat pancaran aura peduli yang keluar dari tatapan mata itu lagi..
tak yakin akan menemukan yang lain yang bisa seperti itu lagi..
semuanya serba penuh dengan ketidakyakinan..
tapi, punggung itu tak tau harus bagaimana..
tak akan sempat waktu untuk bertanya..
tak akan cukup kata untuk bicara..

tapi ia tak sanggup bendung lagi..
hingga akhirnya ia pun menoleh..

didapatinya orang itu sedang tertegun..
seolah sadar dan harus menerima kenyataan bahwa semua sudah berakhir..
sedetik kemudian ia melempar senyum..
senyuman paling manis sedunia..
senyuman paling indah seantero jagad raya..
seolah mencoba mengikhlaskan semua yang pernah ada..
seolah berusaha merelakan segalanya..

namun mata tak sanggup berdusta..
tatapannya masih nanar..
masih getir..
seolah tak percaya bahwa semua harus berakhir..
seolah tak rela kalau semua harus selesai..

punggung pun tak sanggup lagi..
tak ada balasan senyum yang ia lemparkan..
hanya kepala yang merunduk perlahan..
mata yang mulai berair..
dan tenggorokan yang terasa kering..
ia merasa tak sanggup lagi untuk mengangkat kepala..
tapi demi orang itu, ia harus bisa..

memang tak ada balasan senyum yang ia lemparkan..
hanya ada tatapan dua bola mata..
pandangan jauh menerawang..
tapi ada sejuta makna dari tatapan yang ia berikan..
sebagai balasan untuk tatapan nanar yang penuh kegetiran..
sebagai balasan dari senyum tipis paling manis sedunia..
paling indah seantero jagad raya..
semoga tatapan itu cukup untuk menjawab segala pertanyaan..
memberi arah untuk segala kebimbangan..
dan memberi penguatan atas segala ketakutan..

sambil menangis dalam hati, ia pun berpaling..
perlahan melangkahkan kaki..
bergerak menjauh..
jauh..
dan semakin jauh..
tanpa pernah menoleh lagi..

memori itu masih tersimpan dengan sangat sempurna di kepala..
binar mata itu..
senyum tipis itu..
tatapan getir itu..
rasanya seperti baru kemarin..
padahal sudah 7 tahun berlalu..
memori 7 tahun yang lalu..



[Bogor, 310509]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar